Dr Grace Tumbelaka SpKO mengatakan, anak-anak kini banyak dimanjakan dengan kegiatan berpangku tangan. Bila anak-anak tidak diajak bergerak sejak dini, mereka bisa terkena penyakit metabolik.
"Karena jarang melakukan aktivitas yang merangsang motorik kasarnya, anak-anak rentan terkena obisitas, hipertensi, diabetes mellitus, jantung koroner hingga hiperkolesterol," tutur dokter kelahiran Jakarta, 31 Januari 1969 ini.
Kelihatannya, saat bermain otoped (kids scooter), anak-anak tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra. Tetapi menurut dr Grace, bermain otoped tergolong latihan jasmani. "Untuk menggerakkan otoped, anak menggunakan otot besarnya, yakni tungkai kaki. Saat bermain otoped, anak melakukan secara kesinambungan dan berirama," beber lulusan Ilmu Kedokteran Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Anak-anak tidak serta merta menggerakkan otoped, langsung ditinggal begitu saja. Mereka melakukannya secara berkelanjutan. Saat otoped bergerak, mereka memberi daya dengan kakinya. Sesekali otoped berhenti dan kaki pun menahan. Begitu selanjutnya, terjadi secara berulang-ulang.
Keseimbangan dan Sosialisasi
Karena menggunakan tungkai kaki sebagai daya menjalankan otoped, tentu otot kaki terlatih kekuatannya. Manfaat lainnya, saat anak mengendalikan otopednya, dia juga membutuhkan keseimbangan. Sebab, tidak semua otoped memiliki rem dan otoped juga tidak mempunyai kayuh. Jadi, pada saat anak mulai menggerakkan atau menghentikannya, setidaknya dia mempunyai keseimbangnan yang baik. "Satu kaki untuk menumpu dan kaki lainnya menggenjot. Bila kaki satu sama lain dan tubuh tidak seimbang, bisa jadi anak terjatuh dan terluka, "urai dokter olahraga yang menangani atlet badminton di Pelatnas PBSI, Cipayung ini.
"Biasanya, saat anak bermain otoped, dia bersama teman-temannya. Sikap sosial pun bisa dikembangkan melalui bermain otoped," tambah dokter yang berpraktek di Klinik Slim Health, Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat ini.
Atasi Cedera
Cedera bisa saja terjadi saat anak bermain otoped. Menurut istri dari Wisnu Carlo Kawilarang, ada dua jenis cedera, yakni cidera internal (kelelahan, koordinasi dan keseimbangan terganggu) dan cedera eksternal (tersandung saat melewati jalan yang tidak rata, anak menabrak atau tertabrak temannya).
Bila anak terjatuh dan luka, saran dr Grace, sebaiknya lukanya ditangani dengan memberi desinfektan pembunuh kuman. Untuk luka tertutup atau memar bisa dilakukan RICE (Rest, Ice, Compression, and Elevation).
"Istirahatkan bagian yang memar. Berikan kompres es, lalu tahan bagian tersebut dengan perban. Fungsinya, untuk menghambat inklamasi atau radang pembengkakan, kemerahan, panas, nyeri, dan fungsi tubuh terganggu karena terjadi pendarahan di daerah tersebut," terangnya. Hal terakhir yang dilakukan adalah mengangkat bagian tubuh yang memar lebih tinggi dari jantung.
(Mom& Kiddie//tty)
0 komentar:
Posting Komentar