Salah satu kriteria kemajuan suatu ilmu adalah apabila telah mencapai tahap transplantasi. Bila dulu transplantasi masih dianggap mitos, kini semuanya realita. Kesuksesan transplantasi ginjal pertama yang dilakukan oleh Joseph Murray di Boston USA pada 23 Desember 1954 membawanya meraih nobel untuk itu.
Di Indonesia, transplantasi ginjal baru dilakukan pada 1977 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah Sakit PGI Cikini Jakarta atas prakarsa (alm) Prof Dr RP Sidabutar. "Walaupun sudah 31 tahun, perkembangannya cukup memprihatinkan melihat jumlah transplantasi ginjal di seluruh Indonesia hingga kini belum mencapai angka lima ratus dari 10 rumah sakit yang pernah melakukan transplantasi ginjal," komentar Direktur RS PGI Cikini, Dr Tunggul D Situmorang SpPD-KGH.
Kendala utamanya adalah keterbatasan pendonor ginjal yang rela menyumbangkan ginjalnya. Di Indonesia, sumber donor ginjal hanya berasal dari orang hidup (living donor). Sedangkan, di negara Barat mayoritas dari donor jenazah (cadaveric donor).
Transplantasi atau cangkok ginjal merupakan pengobatan paripurna bagi pasien gagal ginjal tahap akhir alias gagal ginjal terminal (GGT). Pada tahap ini, fungsi ginjal sudah sangat terganggu dan hanya tinggal 5-15 persen. Zat sisa yang tidak bermanfaat bagi tubuh tidak dapat dikeluarkan dan meracuni tubuh. Ginjal kian mengecil dan padat. Tidak ada obat yang bisa mengembalikannya ke semula.
"Kerusakan yang terjadi sudah bersifat menetap dan irreversible, tidak mungkin diperbaiki dengan pengobatan konservatif berupa diet maupun obat-obatan," jelasnya.
Untukmenggantikanfungsi ginjal yang rusak, pasien harus melakukan terapi pengganti ginjal (TPG) melalui transplantasi atau menjalani "cuci darah" (dialisis). Proses dialisis bisa dilakukan melalui dua cara, yakni dengan mesin (hemodialisis/ HD) atau melalui perut (peritoneal dialysis/CAPD).
Sayangnya, tindakan dialisis tidak mungkin menggantikan seluruh fungsi ginjal. Contohnya pembentukan sel darah dan metabolisme tulang yang hanya dapat dilakukan oleh ginjal sehat. "Transplantasi ginjal merupakan pilihan paling ideal dan tepat," tegas pengajar di FK UKI Jakarta itu.
Transplantasi dilakukan dengan memindahkan satu ginjal sehat dari donor melalui prosedur bedah selama 3-6 jam. Ginjal "baru"ditempatkan di rongga perut bagian bawah agar terlindung oleh tulang panggul. Selanjutnya, pembuluh arteri dan vena dari ginjal baru dihubungkan ke arteri dan vena tubuh, sehingga darah dapat dialirkan ke ginjal sehat untuk disaring. Saluran kemih dari ginjal baru juga dihubungkan ke kandung kemih agar urine dapat dialirkan keluar.
Pascatransplantasi, langkah selanjutnya adalah menilai apakah ginjal baru tersebut dapat bekerja sebagai penyaring darah layaknya ginjal sehat sehingga tidak lagi memerlukan dialisis. Namun, mengingat ginjal baru ini bukan berasal dari tubuh pasien sendiri, maka ada kemungkinan terjadi reaksi tubuh untuk menolak "benda asing" tersebut.
(sindo//tty)
0 komentar:
Posting Komentar