Selama ini penyakit yang menyerang persendian atau disebut juga dengan rematik dianggap sebagai penyakit yang lumrah dan wajar. Akhirnya, dengan mudahnya dilupakan saja. Karena dianggap tidak berbahaya dan wajar diderita oleh orang-orang dengan usia lanjut, membuat penyakit ini tidak banyak mendapat penanganan secara serius.
Keberadaan penyakit rematik yang dulunya dianggap sebagai penyakit orangtua, ternyata sekarang juga sudah menyerang dewasa muda bahkan remaja. Rematik yang merupakan bagian dari penyakit radang sendi atau artritis ini banyak sekali ragamnya, mencapai lebih dari 100 jenis dengan penyebab dan gejala yang hampir sama.
Ada yang disebut osteoartritis dan polimialga rematik yang banyak menyerang pada usia 40 tahun ke atas. Ada pula yang disebut lupus eritematosus yang menyerang kelompok usia 20 hingga 50 tahun, terutama perempuan.
Penyebab utama rematik sebenarnya sangat bervariasi, namun pada umumnya penyakit yang bisa mengakibatkan kecacatan permanen pada bagian tubuh yang terserang itu disebabkan oleh masalah autoimun, yaitu sistem kekebalan tubuh berbalik menyerang jaringan persendian.
Akibatnya, tulang rawan menipis dan terbentuklah tulang baru. Dengan munculnya tulang baru tersebut membuat penderita menjadi sulit bergerak dan persendian terasa linu.
"Rematik adalah penyakit yang banyak ditemukan, karena tidak menyebabkan kematian, rematik menjadi mudah untuk diabaikan. Kalau dulu rematik identik dengan orangtua, sekarang remaja juga banyak yang terserang," kata Dokter Spesialis Internis-Rheumatologist RSCM Dr Bambang Setyohadi.
Lebih lanjut dia menambahkan, rematik berjenis osteoartritis yang menyerang orang dengan usia 40 tahun ke atas dengan lupus eritematosus memiliki gejala awal yang sangat berbeda, walaupun sama-sama menyerang persendian. Gejala dari osteoartritis penderita biasanya mengalami nyeri persendian setelah beraktivitas, nyeri saat terjadi perubahan cuaca dari panas ke dingin, terjadi peradangan, dan hilangnya fleksibilitas sendi.
Selain itu, sendi terlihat kemerahan dan berasa panas. Sedangkan gejala lupus eritematosus atau rematik yang menyerang usia muda antara lain, sendi terasa kaku di pagi hari, bengkak tanpa sebab pada persendian, dan gerak terbatas.
"Kesulitan yang utama dialami oleh mereka yang menderita rematik adalah sulit bangun dan sulit mengenakan pakaian, karena sendi yang bermasalah," terang Bambang.
Berbeda dengan Dr Bambang Setyohadi, Spesialis Rehab Medik dari RSCM Dr Angela BM Tulaar mengatakan bahwa rematik juga bisa disebabkan obesitas atau kegemukan. Untuk mencegahnya dibutuhkan manajemen nutrisi pada penderita rematik dengan bobot tubuh berlebih.
"Pola makan yang sehat dan bervariasi, menjaga keseimbangan antara aktivitas fisik dengan asupan makanan dan mengonsumsi gula secukupnya, bisa mengurangi munculnya risiko rematik pada penderita obesitas," kata Angela.
Menjaga pola makan juga bisa dilakukan dengan mengonsumsi protein yang berasal dari ikan dan menghindari lemak dari sumber-sumber makanan hewani.
"Yang paling dilarang dikonsumsi oleh penderita rematik adalah kangkung, jeroan, dan alkohol," tambahnya.
Sedangkan pola makan sehat yang perlu dipraktikkan oleh penderita obesitas yang rentan rematik adalah mengonsumsi makanan berkarbohidrat 55 hingga 65 persen, protein 15 persen, lemak lebih kurang 25 hingga 30 persen. (sindo//jri)
0 komentar:
Posting Komentar