Budaya Cuci Tangan, Upaya Penting Cegah Penyakit

MENCUCI tangan banyak disepelekan orang. Padahal, rajin mencuci tangan dapat mencegah beragam penyakit seperti tifus, diare, cacingan, dan penyakit infeksi lainnya.

Semua penyakit itu berawal dari tangan yang kotor. Pernyataan itu kiranya tidak berlebihan bila menelisik dampak yang timbul akibat tidak higienisnya kedua telapak tangan kita yang sering bersentuhan dengan mulut. Sebab, tangan adalah organ yang paling sering bersentuhan dengan segala sesuatu di tempat- tempat umum. Bayangkan, setiap hari bahkan setiap menit tangan bisa tercemar kuman, kapan pun dan di manapun.

Simaklah kegiatan Anda, mulai hendak berangkat ke kantor, tangan mengunci pintu, dan di pegangan pintu ada kuman.
Kemudian naik bus kota, di pegangan bus kota pun ada kuman, lalu bayar ongkos sambil memegang uang yang juga ada kumannya.

Selanjutnya masuk kantor memencet tombol lift yang berkuman, pergi ke toilet dan menekan tuas kloset pun tetap ada kumannya. Duh, ada kuman di mana-mana. Jika tidak rajin mencuci tangan dengan benar memakai sabun, risiko tertular penyakit infeksi pun meninggi.

Di Indonesia, angka kematian bayi, kematian ibu hamil, angka penyakit infeksi, dan penyakit gizi buruk masih tinggi.
Kesemuanya itu antara lain disebabkan higienisitas dan sanitasi buruk yang bersinergi dengan perilaku tidak sehat, serta rendahnya tingkat pendidikan ditambah lemahnya kondisi sosial ekonomi masyarakat.

"WHO dan UNICEF mencatat, sanitasi kita diperburuk karena lebih dari seperempat orang Indonesia membuang tinja di sungai dan tanah. Karena itu, penyebaran penyakit lewat tinja, seperti kolera, hepatitis, dan cacingan lebih luas menyebar," ujar kolumnis kesehatan dr Handrawan Nadesul, dalam acara media gathering dalam rangka 60 Tahun Lifebuoy di Jakarta, baru-baru ini.

Alumnus Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta tersebut mencontohkan, kebiasaan buang air besar (BAB) yang tidak pada tempatnya, semisal di sungai menyebabkan bakteri dan telur cacing dalam tinja menyebar mengikuti arus sungai. Padahal, air sungai ini juga dipakai mencuci, mandi, dan tempat bermain anak-anak. Khususnya mereka yang hidup di bantaran sungai. Akibatnya, semua yang bersentuhan dengan air sungai itu akan terpapar kuman.

Demikian halnya jika BAB dilakukan di area terbuka seperti pekarangan kosong. Selain menyebarkan kuman lewat udara, telur cacing yang mungkin terdapat dalam tinja dapat tersapu air saat musim hujan sehingga menyebar sampai jauh. Belum lagi ancaman penyakit leptospirosis yang merebak saat musim hujan. Selain itu, anak kecil biasanya suka bermain tanah.
Acap kali selepas bermain buah hati kita tidak mencuci tangan dulu, atau kurang bersih mencuci tangan, lalu langsung makan atau ngemil jajanan di warung. Imbasnya, kuman berkumpul di jari dan kuku tangan. Dampaknya tak hanya mencemari dirinya sendiri, juga orang lain dan makanan yang mereka sentuh.

Handrawan memaparkan, prosedur penularan penyakit lewat tangan yang tidak steril, di antaranya, melalui infeksi fecal-oral seperti kolera, disentri, tifus, cacingan, hepatitis A, dan leptospirosis. Bisa juga melalui infeksi tak langsung lewat tangan, misalnya pada SARS dan flu burung. Atau, penularan yang langsung oleh kuku jemari tangan seperti bisul, jerawat, dan makanan tercemar (basi). Nah, penyakit cacing terkait juga dengan kebiasaan mencuci tangan. Angka penyakit cacing Indonesia berada pada kisaran 60%-90% populasi dan terbanyak menimpa kelompok usia 5-14 tahun. Berdasarkan data World Bank, kerugian kehilangan gizi makanan, anemia, dan menurunnya produktivitas akibat penyakit cacing saja mencapai Rp30 miliar-Rp33 miliar per tahun.

Diperkirakan sekitar 25%-50% jajanan kaki lima juga telah tercemar kuman paratifus. Selain itu, rata-rata makanan dan minuman jajanan mengandung bahan tambahan pangan (BTP) ilegal. "Padahal, hanya sekitar 5% saja anak sekolah yang membawa bekal dari rumah," kata Handrawan.

Salah satu upaya pencegahan penyakit yang sangat mudah dan murah untuk dilakukan adalah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir. Berdasarkan kajian WHO, cuci tangan menggunakan sabun dapat mengurangi angka diare hingga 47%.
(sindo//tty)

0 komentar:

Posting Komentar